Pada
jaman dahulu, di daerah Lebaksiu, Tegal, hiduplah seorang lelaki dan istrinya
secara rukun dan damai meski tidak bergelimang kemewahan. Nama lelaki itu
adalah Mbah Rumpung. Pekerjaannya mencari ikan di sungai-sungai dan kolam untuk
makan dan jika berlebih di jual ke orang yang membutuhkan.
Suatu
hari, sepulang mencari ikan di Sungai Gung, Mbah Rumpung menemukan sebutir
telur di jalan. Bentuknya yang menyerupai telur ayam membuatnya tidak curiga. Ia
lalu membawa pulang telur itu untuk di rebus atau digoreng di rumah.
“Bu,
tolong rebuslah telur ini besok untuk sarapan kita. Jangan lupa ikannya dibuat
sambal goreng kesukaanku,”pinta Mbah Rumpung. Istrinya mengangguk sambil
tersenyum penuh sabar.
Keesokan
harinya, Mbah Rumpung yang bangun kesiangan makan sendiri karena istrinya sudah
berangkat lebih dulu ke sawah. Namun pesanannya semalam telah terhidang di meja
makan siap untuk disantap. Mbah Rumpung makan dengan lahapnya. Meski demikian
ia masih ingat istrinya. Telur rebus itu tidak dimakan semua. Disisakannya separuh
sehingga istrinya bisa menikmati juga.
Setelah
kenyang, ia berangkat mencari ikan seperti biasanya. Namun di tepi sungai,
tiba-tiba perutnya mulas dan sekujur tubuhnya menjadi panas. Keringat bercucuran
sebesar biji jagung. Wajahnya merah padam menahan nyeri. Mbah Rumpung tidak
kuat lalu jatuh pingsan.
Setelah
siuman, Mbah Rumpung terkejut bukan main mendapati dirinya dalam wujud yang
berbeda. Itu karena separuh tubuhnya telah berubah menjadi ular. Hanya wajah
dan kepalanya saja yang masih berbentuk manusia. Iapun tidak berani pulang ke
rumah. Ia juga takut bertemu dengan warga. Takut dibunuh karena dikira siluman
ular. Maka dengan sisa tenaga yang ada, ia mencari tempat yang aman untuk
bersembunyi dan juga beristirahat. Akhirnya ia berhasil menemukan tempat
tersebut di sekitar Kalibakung.
Keesokan
harinya ia merayap menuju tepi sungai untuk mengambil beberapa peralatan
memancingnya di sana. Namun yang ia dapati malah semakin membuat hatinya pilu. Sang
istri ternyata berubah bentuk sama seperti dirinya. Mungkin ia ikut juga
memakan sisa telur rebus yang ia tinggal kemarin.
Hari-hari
berikutnya kondisi mereka tetap tidak berubah. Meski sudah menangis dan
mengiba-iba serta memohon ampun kepada Tuhan, kondisi mereka tetap sama sebagai
manusia ular. Akhirnya mereka pasrah dan mencoba menerima ujian itu dengan
tabah. Mereka berdua lalu menetap di sekitar Sungai Gung, daerah Kalibakung.
Masyarakat
percaya jika terjadi pergerakan tanah atau sejenis gempa di tempat itu, maka
itu berarti Mbah Rumpung dan istrinya sedang menggerak-gerakan ekornya.
Posting Komentar untuk "Legenda Manusia Ular Dari Kalibakung (Cerita dari Tegal) #legenda #ular"