Pada jaman dahulu hiduplah sepasang suami istri petani yang memiliki dua
orang anak laki-laki. Keduanya sering bertengkar karena masing-masing memiliki
kepribadian berbeda yang saling bertolak belakang. Sang kakak sikapnya kasar, sombong dan pemalas.
Berbeda dengan adiknya yang halus, rendah hati dan rajin bekerja.
Petani tersebut sangat rajin bekerja di ladang. Mereka bertanam berbagai
jenis tanaman. Ada ubi, singkong, ketimun, pisang dan masih banyak lagi yang
lain. Mereka sangat menikmati pekerjaan tersebut. Sesekali mereka mendapat
bantuan dari kedua anaknya. Si bungsu tentu saja dengan senang hati membantu kedua
orang tuanya. Berbeda dengan kakaknya yang suka malas-malasan.
Hal itu terlihat ketika suatu hari, keduanya diminta menyusul mereka ke
ladang untuk membantu di kebun. Keduanya berangkat bersama dengan wajah yang
berbeda. Yang satunya tampak kesal dan tidak ikhlas melakukan hal itu,
sementara adiknya begitu bersemangat dengan senyum yang selalu tersungging di
bibirnya.
“Panas, capek dan melelahkan. Kok, ada yang mau-maunya bekerja seperti
ini!”umpat sang kakak dengan wajah memerah menahan amarah.
“Ya, begitulah, Kak. Tapi nanti kalau sudah panen rasanya pasti senang
sekali karena segala jerih payah kita terbayar,”jawab adiknya enteng.
Kakaknya hanya bisa mencibir mendengar ucapan adiknya itu. Mereka lalu
sampai di ladang dan mulai bekerja. Tepatnya adalah adiknya yang bekerja. Sementara
kakaknya hanya duduk-duduk santai atau tiduran di bawah pohong yang teduh.
Melihat hal itu, emosi ayahnya memuncak. Ditegur baik-baik tidak di
dengarkan, akhirnya ia pukul anak sulungnya itu hingga bibirnya pecah atau
menjadi sumbing.
Kemarahannya ternyata
tidak hanya sampai disitu. Ia kutuk anaknya tersebut menjadi sebuah gunung yang
sekarang kita kenal dengan nama Gunung Sumbing. Anaknya sendiri meski sudah
menjadi gunung belum jera juga. Ia masih sering mengumpat dan mengomel-omel.
Gunung ini terus mengeluarkan lava panas yang turun ke lembah dan menakutkan
banyak orang.
Melihat hal itu, adiknya
tidak tega dan kembali mengalah. Ia minta dikutuk juga menjadi gunung untuk
menahan atau meredakan amarah kakaknya tersebut.
“Aku
sudah kehilangan kakakmu, masak harus kehilangan kamu juga, nak,”balas ayahnya
sedih bukan kepalang. Namun atas desakan anaknya yang baik itu yang ingin
menolong orang banyak, akhirnya ia penuhi permintaan sang anak.
Maka
adiknya tersebut berubah pula menjadi sebuah gunung yang indah berselimut
langit kebiruan berdiri tepat di sebelah Gunung Sumbing yang berlubang di
puncaknya. Gunung ini diberi nama Gunung Sindoro yang berasal dari kata “ndoro”yang
merupakan julukan pada seseorang yang sopan dan mengayomi.
Posting Komentar untuk "ASAL USUL GUNUNG SINDORO DAN GUNUNG SUMBING #Gunung #sumbing"