Namun
meski berpisah, kedua anaknya tidak lupa untuk datang dan melihat kesehatan
ibunya yang sudah tua tersebut. Mereka membawa serta pasangan dan anak-anaknya.
Biasanya mereka datang ketika hari libur. Karena itulah Nenek Ola sering
memasak dan membuat kue-kue untuk anak menantu dan cucu-cucunya yang lucu.
Hari ini
Nenek membuat donat aneka rasa yang lucu dan menggemaskan. Topingnya banyak. Ada
keju, cokelat, selai nanas, susu dan juga madu. Makanan andalannya adalah sayur
gudeg dan rica-rica bebek. Ada gorengan pisang dan juga tempe mendoan hangat
yang sangat menggoda. Nenek Ola sangat bahagia bisa menjamu anak menantu dan
cucunya dengan hidangan hasil karya sendiri. Donat dan makanan tersebut sudah
siap di meja makan tertutup tudung saji yang rapat.
Miki
yang kelaparan tertarik untuk mencicipi. Meski tertutup rapat bukan masalah
baginya. Ia sudah bisa membuka tudung saji itu dengan mudah karena sudah
terbiasa. Miki mengincar donat madu yang manis gurih. Ia turun melewati kabel
listrik dengan hati-hati. Turun di atas kulkas lalu dengan lincah loncat ke
atas tudung saji. Miki dengan cekatan mengangkat sedikit tudung saji tersebut
dan dengan gesit menelusup masuk ke dalamnya. Ia lalu mengendus-endus untuk
memilih donat kesayangannya. Begitu ditemukan, ia memakannya dengan lahap.
Namun belum habis dimakan, tiba-tiba saja kepalanya terasa berputar. Matanya
berkunang-kunang. Keringat dingin bercucuran. Nafasnya sesak dan jantungnya
berdegup kencang. Miki lalu terjatuh dan mati.
Tubuhnya
membujur kaku dan baru bisa ditemukan ketika tamu istimewa Nenek Ola sudah
datang. Mereka lalu digiring ke meja makan untuk menyantap hidangan dari tuan
rumah yang sudah capek-capek di buat.
“ Aduuh,
apa ini? Kok ada tikus mati disini?” tanya Reva. Cucu tertua Nenek Ola. Dan semua
orang menjerit menyaksikan tubuh kaku Miki yang sudah tak bernyawa lagi.
Nenek
Ola ikut menjerit. Ia sedih bukan karena simpati pada nasib Miki, tapi lebih
karena ia sudah pasti tidak akan menghidangkan semua makanan itu. Padahal ia
sudah capek-capek membuatnya. Nenek Ola lalu memberikan semua makanannya untuk
ayam-ayam piaraannya di belakang rumah. Termasuk donat lezat yang dimakan Miki.
“Sudahlah,
Bu. Jangan sedih. Kita makan diluar saja, yuk! Sekali-kali kita makan diluar
ya?”hibur Mita, anak sulungnya menghibur hati sang ibunda. Nenek Ola mengangguk
dan mencoba tersenyum meski terpaksa. Mereka sekeluarga akhirnya keluar untuk
mencari makan dan mengajak anak-anak rekreasi di Minggu yang cerah ini.
Pulangnya
agak sore. Nenek Ola lalu menyiapkan makanan untuk ayam-ayamnya di belakang.
Namun betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan ayam-ayam piaraannya itu sudah
bergelimpangan di beberapa tempat. Tubuh mereka sudah kaku tak bernyawa. Namun
kali ini Nenek Ola bukan bersedih tapi lebih karena penasaran untuk mencari
tahu kenapa mereka mati mendadak seperti itu persis nasibnya dengan si tikus
malang, Miki.
“Sepertinya
barang ini penyebabnya, Bu. Aku menemukannya di atas kulkas. Mungkin Ibu
mengira ini garam dapur tapi sebenarnya bukan. Ini pupuk urea untuk padi di
sawah. Jadi ibu salah mengira dan mencampurnya dengan masakan Ibu. Dan sayangnya
ibu tidak menggunakan tangan waktu mengambil tapi pakai sendok makan sehingga
ibu tidak bisa membedakan mana garam dapur asli dan mana pupuk urea untuk padi,”jelas
Mita panjang lebar. Nenek Ola mengangguk-angguk paham. Ia menyesali
keteledorannya itu. Beruntung makanan itu dicicipi dulu oleh Miki. Jika tidak
anak, menantu dan cucunya yang jadi korban. Kasihan Miki...
Posting Komentar untuk "NASIB MALANG MIKI, SI TIKUS PENYELAMAT #TIKUS #FABEL"