Pada jaman dulu, ada sepasang suami istri yang memiliki tiga orang anak kecil. Keluarga itu hidup sederhana dan harmonis meski bukan sebuah keluarga yang berada. Kehidupan berjalan normal penuh suka cita. Mereka hidup dari bercocok tanam di kebun.
Hingga pada suatu hari
ketika mereka makan bersama dengan lauk ikan laut yang lezat ternyata ikannya
tidak habis sementara sang ayah sudah siap berangkat ke kebun untuk bekerja.
Akhirnya sisa ikan di simpan di lemari untuk makan sore harinya.
Namun ikan itu justru dimakan oleh si bungsu yang kelaparan
siang harinya. Meski sudah dinasehat ia terus merengek meminta lauk ikan
tersebut. Maka meski sedikit takut akan dimarahi suaminya, si ibu akhirnya menuruti
kemauan si bungsu.
Dan apa yang ditakutkan menjadi
kenyataan. Suaminya pulang lalu minta makan karena lapar. Ketika ia menanyakan
ikan yang disimpan dilemari ternyata sudah habis dimakan si bungsu yang
kelaparan, sang ayah menjadi marah.
“Silahkan ibu cari ikan
yang sama di laut untuk pengganti lauk yang telah dimakan si bungsu. Ingat
jangan pernah pulang jika belum mendapatkan ikan itu!”bentak suaminya dengan
penuh amarah tanpa mau tahu akan sikap si bungsu yang masih kecil dan belum tahu
apa-apa.
Akhirnya dengan berat
hati, istrinya pergi ke laut meninggalkan ketiga anaknya yang masih kecil.
Apalagi si bungsu masih menyusu. Jelas itu bukan keputusan yang baik tapi apa
boleh buat, ia tidak punya pilihan lain.
Waktu terus berlalu namun
si ibu tidak kunjung pulang. Berhari-hari menunggu wanita yang malang itu tidak
tampak juga batang hidungnya. Anak-anak lalu memutuskan untuk mencari ibunya di
pantai. Mereka pergi saat ayahnya sedang bekerja di kebun.
Setibanya di tepi laut,
mereka berteriak-teriak memanggil ibunya yang sangat dirindukan. Bahkan si
bungsu sampai menangis berurai air mata. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba
ibu mereka telah muncul di tepi pantai. Ia lalu menyusui si bungsu yang tampak
kehausan hingga bisa tenang kembali bahkan sempat tertidur di pelukannya.
“Nah, sekarang pulanglah
kalian nanti ibu akan menyusul membawa ikan pesanan ayah,”pesan ibu kepada
ketiga anaknya. Mendengar pesan sang ibu, mereka pun menurut dan pulang ke
rumah.
Namun keesokan harinya,
sang ibu ternyata berbohong. Ia tidak muncul juga di rumah. Dan karena
penasaran, ketiganya lalu kembali ke pantai sambil memanggil-manggil ibunya
agar pulang ke rumah. Kejadian yang sama seperti sehari sebelumnya kembali
terulang. Sang ibu lalu menyusui anaknya hingga terdiam tenang.
Namun kali ini sang anak hanya tenang sebentar. Ketiganya
tiba-tiba mundur menjauhi ibunya. Mereka memandang ibunya tersebut dari ujung
kaki hingga ke ujung rambut. Ibunya kini memilliki ekor seperti ikan. Separuh
tubuhnya ditumbuhi sisik-sisik ikan yang membuat ketiga anaknya ketakutan.
“Tidak! Kau bukan ibuku!
Ibuku manusia bukan ikan seperti kamu!”tolak si sulung sambil menarik
adik-adiknya pergi menjauhi ibunya yang menangis sedih. Mereka berjalan
menyusuri pantai tanpa arah tujuan. Setiap kali ketiganya berteriak memanggil
sang ibu, orang yang sama tadi selalu muncul. Separuh tubuhnya manusia dan
separuhnya lagi ikan. Sang ibu kini telah berubah menjadi seekor ikan duyung. Semua
karena sikap ayah mereka yang pemarah dan egois. Akibatnya istri dan
anak-anaknya yang menjadi korban.
Posting Komentar untuk "ASAL MULA PUTRI DUYUNG"