Dahulu kala ketika Kerajaan Jenggala diperintah oleh seorang raja yang bernama Jenggolo Manik yang memiliki seorang putri cantik jelita bernama Dewi Kilisuci, datanglah dua orang raja yang ingin melamar sang putri. Namanya Raja Lembu Sura dan Raja Mahesa Suro. Namun wujud keduanya sangat aneh. Raja Lembu Suro adalah manusia berkepala lembu. Sementara itu Raja Mahesa Suro berkepala kerbau.
Melihat keduanya datang melamar,
jelas Dewi Kilisuci tidak tertarik. Maka ia membuat sayembara yang tidak masuk
akal untuk menggagalkan lamaran mereka.
“Aku ingin dibuatkan dua buah sumur
di puncak Gunung Kelud. Satu sumur harus berbau wangi, sedangkan sumur satunya
harus berbau amis. Waktu kalian hanya satu malam dan berakhir ketika ayam mulai
berkokok di pagi hari,”jawab Dewi Kilisuci menjelaskan permintaannya yang tidak
mungkin bisa dikerjakan oleh manusia biasa.
Kedua raja yang memiliki kesaktian luar
biasa itu lalu setuju untuk mengikuti sayembara tersebut. Mereka berdua lalu
bekerja sama untuk memenuhi permintaan Dewi Kilisuci. Mereka bekerja bahu
membahu membuat kedua sumur aneh yang diminta Dewi Kilisuci. Dan berhasil tepat
sebelum ayam jantan berkokok. Raja Lembu Suro dan Raja Mahesa Suro lalu datang
menemui Dewi Kilisuci untuk melaporkan hasil pekerjaan mereka.
“Boleh juga kerja kalian. Tapi aku
masih belum percaya kalo sumur itu berbau wangi dan amis,”cetus Dewi Kilisuci.
“Lalu apa yang harus kami lakukan?”tanya
keduanya heran.
“Aku ingin kalian masuk ke dalam
sumur dan mengecek apa benar kedua sumur itu berbau wangi dan amis,”jawab Dewi
Kilisuci penuh tipu daya.
Mendengar hal itu, tanpa pikir
panjang lagi keduanya masuk ke dalam sumur yang cukup dalam tersebut. Ketika
mereka berada di dalam sumur, Dewi Kilisuci lalu memerintahkan prajurit
Jenggala untuk menimbun mereka dengan batu-batu besar hingga keduanya mati.
Namun sebelum mati, Raja Lembu Suro
sempat bersumpah,”Hai, orang-orang Kediri, kelak kalian akan mendapatkan
balasan yang setimpal atas perbuatan yang terjadi padaku ini. Daerah Kediri
akan menjadi sungai, Blitar akan berubah menjadi daratan, sedangkan Tulungagung
akan menjadi sebuah danau!”
Karena sumpah inilah, masyarakat
lereng Gunung Kelud selalu membuat sesaji tolak bala atau Larung Sesaji setiap
tahunnya agar kutukan itu tidak menimbulkan bencana bagi daerah mereka.
Posting Komentar untuk "Legenda Gunung Kelud (Cerita Rakyat Jawa Timur)"