Bono menolak dengan tegas ketika Andra dan Rian mengajaknya membolos. Ia sempat sakit beberapa hari dan tertinggal banyak materi pelajaran semester ini.
“Sayang sekali kalau digunakan untuk
membolos. Aku kan tak sepintar kalian yang tidak ikut pelajaran saja nilai
masih tinggi-tinggi,”kilahnya enteng. Andra dan Rian tersenyum kecut
mendengarnya. Mereka memang dapat nilai bagus tapi dengan cara memaksa Dimas,
si rangking satu, untuk selalu memberi kunci jawaban ketika ulangan. Makanya
nilai mereka selalu baik. Jika Dimas menolak maka nasibnya akan buruk di pukuli
oleh keduanya. Dimas yang penakut tidak berani melawan.
“Ah, kau, Bono! Cemen! Dasar penakut
sama seperti Dimas tolol yang sering juara kelas tapi culunnya luar
biasa!”semprot Andra kesal bukan main. Ingin ia hajar Bono. Tapi takut karena
bapaknya tentara. Rumah mereka saling berhadapan. Bahaya kalau sampai ia
berbenturan dengan sahabatnya itu.
“Kenapa tidak kita kerjain saja anak
ini?”bisik Rian di kuping Andra.
“Bono tetangga depan rumahku. Apalagi bapaknya tentara. Kalau tahu anaknya
aku yang hajar bisa hancur rumahku ia tembaki pakai senapan mesin. Aku itu
pemberani tapi bukan tolol,”jawab Andra sambil menjitak kepala Rian. Sang
sahabat kembali tersenyum kecut mendengar jawaban Andra. Ia garuk-garuk
kepalanya yang tidak terasa gatal. Tahu bapaknya Bono tentara, Rian mundur
teratur. Ia tidak ingin cari masalah.
“Udahlah! Kita bolos saja sendiri.
Tidak usah bawa teman-teman yang lain. Ayo!”ajaknya bersemangat sambil naik
keatas meja dan kursi yang sudah tersusun tinggi. Mereka lalu meloncati tembok
sekolah dengan mudah. Keduanya berlari ke jalan besar untuk pergi ke tempat
penyewaan PS. Mereka ingin bermain game dulu sambil menunggu jam belajarnya
selesai. Baru setelah itu pulang sehingga orang tua tidak marah karena mereka
tahunya anaknya pulang ke rumah tepat waktu.
Setelah puas bermain game. Mereka
keluar sesuai jam pelajaran berakhir. Sepeda dititipkan ke rumah orang di
seberang jalan. Mereka menyeberang dengan penuh semangat tanpa lihat kanan kiri
lagi. Ketika menoleh mereka melihat sebuah mobil meluncur cepat dan menghantam
tubuh keduanya dengan keras hingga terpental dan bergulingan di jalan raya.
Seorang wanita yang menyaksikan
kejadian itu secara langsung menjerit kencang tak terkendali. Orang-orang
berdatangan membantu. Sementara sopir mobil yang menabrak turun dari mobilnya
untuk melihat situasi yang sebenarnya. Ia tidak kabur dan sepertinya siap
bertanggung jawab.
“Susah untuk saya mengerem mendadak
ketika tiba-tiba kedua anak ini
nyelonong begitu saja hendak menyeberang,”keluhnya pada seorang warga
yang ikut membantu korban. Warga itu hanya mengangguk-angguk saja tanda mengerti
dan memahami posisi si pemilik mobil.
Sekolah menjadi gempar mendengar
berita kecelakaan yang dialami Andra dan Rian. Apalagi kejadian tersebut mereka
alami setelah membolos dari sekolah.
“Makanya jangan membolos. Akhirnya
kena karmanya sendiri. Sekarang mereka bisa membolos hingga puas di atas
kasur,”celetuk seorang siswa kelas enam SD.
Benar juga ucapannya. Niat hati
ingin bersenang-senang. Malah berakhir di atas pembaringan. Entah sampai kapan.
Tapi yang jelas tidak sebentar. Lumayan lama karena luka-luka yang mereka
derita. Uh, masih untung nyawa keduanya tidak dicabut sang malaikat maut.
Posting Komentar untuk "Akibat Bolos Sekolah"