ASAL MULA PANCORAN (Cerita Rakyat DKI Jakarta)

 

Konon, dahulu ada sebuah kerajaan yang makmur karena dipimpin oleh seorang raja yang sangat bijaksana. Ia memimpin dengan baik, adil dan bijaksana sehingga rakyatnya merasa aman dan nyaman. Mereka dapat beraktivitas dengan penuh ketenangan sehingga perekonomian kerajaan meningkat pesat.

          Raja memiliki tiga orang anak. Laki-laki semua. Yang pertama bernama Pangeran Jaya. Ia memiliki adik bernama Pangeran Suta dan si bungsu Pangeran Gerindra.

          Raja yang sudah merasa tua lalu berpikir untuk menunjuk penggantinya. Namun karena ada tiga pilihan maka ia terus mencari cara bagaimana menunjuk sosok yang tepat dari ketiga anaknya yang kini sudah beranjak dewasa dan kelihatannya sudah cukup siap menggantikan posisinya.

          Pada suatu hari ia lalu memanggil ketiga putranya untuk membicarakan masalah tersebut. Mereka mendengarkan dengan seksama penuturan sang ayahanda.

          “Ayah tidak mungkin menunjuk kalian bertiga sebagai raja. Oleh karena itu agar adil kalian harus mengikuti ujian terlebih dahulu. Barang siapa yang bisa melewati ujian ini dengan baik maka dialah yang berhak menjadi raja menggantikan ayah. Maka bersiaplah kalian karena besok ujian tersebut akan langsung dimulai. Kalian harus pergi mengembara keluar kerajaan selama 30 hari lamanya agar mendapat pengalaman yang kelak akan berguna ketika menjadi raja,”jelas Raja panjang lebar. Ketiga pangeran mengangguk-angguk mengerti walaupun mereka masih bingung dengan bentuk ujian yang telah disiapkan sang ayah.

          Keesokan harinya mereka berangkat mengembara sesuai petunjuk ayahnya. Mereka berjalan hanya menuruti kata hati saja. Siang panas maupun dinginnya malam dilewati tanpa mengeluh sama sekali. Kadang hujan membuat tubuh menggigil kedinginan. Mereka berteduh di sembarang tempat yang disinggahi untuk menghangatkan tubuh.

          Setelah seminggu berjalan akhirnya mereka bisa menemukan mata air. Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra mandi lalu berganti baju. Sedangkan Pangeran Jaya tetap memakai bajunya yang sudah kotor dan bau.

          Perjalananpun kembali dilanjutkan tanpa mereka tahu apa yang akan dihadapi ke depannya karena ayah mereka memang tidak memberitahu bentuk ujian apa yang harus mereka jalani. Hanya yang mereka rasakan adalah betapa cuaca sangat panas. Hujan tidak turun selama berhari-hari dan tidak ada sumber air yang ditemukan selama perjalanan yang melelahkan tersebut.

          Maka ketika suatu hari mereka mendengar suara gemericik air di kejauhan, hati ketiganya senang bukan main. Apalagi Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra langsung memburu sumber suara tersebut yang ternyata ada pancurannya. Mereka langsung saja meminum air tersebut untuk menghilangkan rasa haus yang sudah tak tertahankan lagi. Sebenarnya Pangeran Jaya telah berusaha mengingatkan agar memeriksanya terlebih dahulu dan jangan asal meminum karena mereka belum tahu apakah sumber air tersebut layak untuk diminum atau memang ada yang memilikinya sehingga mereka harus minta ijin terlebih dahulu.

          Namun usaha Pangeran Jaya telah terlambat. Kekhawatirannya menjadi nyata. Beberapa saat setelah meminum air tersebut, kedua adiknya langsung tersungkur ke tanah dan tidak bergerak sama sekali. Susah payah ia membantu mereka namun gagal.

          Tiba-tiba muncul seorang kakek di dekatnya dan berkata,”Sudahlah, anak muda. Relakan saja kedua saudaramu itu. Mereka sudah tiada karena telah meminum air pancuran ini tanpa meminta ijin dulu dariku.”

          “Kakek tolonglah kedua adikku ini. Apakah tidak ada cara untuk membuat mereka hidup kembali?”

          “Tentu saja ada, Nak. Tapi syaratnya berat sekali. Kau harus menukar nyawamu untuk membuat mereka hidup kembali. Kau siap?”

          “Maksud Kakek mereka bisa hidup kembali asalkan aku bersedia menyerahkan nyawaku? Jika itu bisa menghidupkan mereka, aku bersedia, Kek. Yang penting mereka bisa hidup kembali,”jawab Pangeran Jaya tegas. Disekanya air mata yang menetes di pelupuk matanya. Betapa sayangnya pada kedua adiknya sehingga ia tidak rela melihat hal itu terjadi pada mereka.

          “Untuk menyembuhkan mereka, silahkan kau minum juga air pancuran tersebut. Kedua adikmu pasti akan hidup kembali,”perintah Kakek tua pada Pangeran Jaya yang langsung mematuhinya.

          Tidak lama kemudian, kedua adiknya kembali hidup. Namun yang lebih mengherankan adalah ternyata ia tidak juga mati. Kondisinya tetap segar dan sehat. Tidak seperti yang dijelaskan oleh kakek itu yang secara ajaib kini telah berubah menjadi seseorang yang sangat dikenal oleh Pangeran Jaya dan kedua adiknya.

          “Ayah...!”seru ketiga pangeran sambil berhambur memeluk kakek tua yang ternyata adalah baginda raja, ayah mereka yang telah memerintahkan pengembaraan ini. Rupanya inilah cara ayah mereka memberikan ujian.

          Maka sejak saat itu, Pangeran Jaya yang terpilih menggantikan ayahnya untuk memimpin kerajaan. Sementara itu daerah tempat air pancuran tempat mereka minum kini lebih dikenal dengan nama “Pancoran’” yang merupakan suatu kecamatan di Jakarta Selatan.

Posting Komentar untuk "ASAL MULA PANCORAN (Cerita Rakyat DKI Jakarta)"