Konon, dahulu ada sebuah kerajaan yang makmur karena dipimpin oleh seorang raja yang sangat bijaksana. Ia memimpin dengan baik, adil dan bijaksana sehingga rakyatnya merasa aman dan nyaman. Mereka dapat beraktivitas dengan penuh ketenangan sehingga perekonomian kerajaan meningkat pesat.
Raja memiliki tiga orang anak.
Laki-laki semua. Yang pertama bernama Pangeran Jaya. Ia memiliki adik bernama
Pangeran Suta dan si bungsu Pangeran Gerindra.
Raja yang sudah merasa tua lalu
berpikir untuk menunjuk penggantinya. Namun karena ada tiga pilihan maka ia
terus mencari cara bagaimana menunjuk sosok yang tepat dari ketiga anaknya yang
kini sudah beranjak dewasa dan kelihatannya sudah cukup siap menggantikan
posisinya.
Pada suatu hari ia lalu memanggil
ketiga putranya untuk membicarakan masalah tersebut. Mereka mendengarkan dengan
seksama penuturan sang ayahanda.
“Ayah tidak mungkin menunjuk kalian
bertiga sebagai raja. Oleh karena itu agar adil kalian harus mengikuti ujian
terlebih dahulu. Barang siapa yang bisa melewati ujian ini dengan baik maka
dialah yang berhak menjadi raja menggantikan ayah. Maka bersiaplah kalian
karena besok ujian tersebut akan langsung dimulai. Kalian harus pergi
mengembara keluar kerajaan selama 30 hari lamanya agar mendapat pengalaman yang
kelak akan berguna ketika menjadi raja,”jelas Raja panjang lebar. Ketiga
pangeran mengangguk-angguk mengerti walaupun mereka masih bingung dengan bentuk
ujian yang telah disiapkan sang ayah.
Keesokan harinya mereka berangkat
mengembara sesuai petunjuk ayahnya. Mereka berjalan hanya menuruti kata hati
saja. Siang panas maupun dinginnya malam dilewati tanpa mengeluh sama sekali. Kadang
hujan membuat tubuh menggigil kedinginan. Mereka berteduh di sembarang tempat
yang disinggahi untuk menghangatkan tubuh.
Setelah seminggu berjalan akhirnya
mereka bisa menemukan mata air. Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra mandi lalu
berganti baju. Sedangkan Pangeran Jaya tetap memakai bajunya yang sudah kotor
dan bau.
Perjalananpun kembali dilanjutkan
tanpa mereka tahu apa yang akan dihadapi ke depannya karena ayah mereka memang
tidak memberitahu bentuk ujian apa yang harus mereka jalani. Hanya yang mereka
rasakan adalah betapa cuaca sangat panas. Hujan tidak turun selama berhari-hari
dan tidak ada sumber air yang ditemukan selama perjalanan yang melelahkan
tersebut.
Maka ketika suatu hari mereka
mendengar suara gemericik air di kejauhan, hati ketiganya senang bukan main.
Apalagi Pangeran Suta dan Pangeran Gerindra langsung memburu sumber suara
tersebut yang ternyata ada pancurannya. Mereka langsung saja meminum air
tersebut untuk menghilangkan rasa haus yang sudah tak tertahankan lagi.
Sebenarnya Pangeran Jaya telah berusaha mengingatkan agar memeriksanya terlebih
dahulu dan jangan asal meminum karena mereka belum tahu apakah sumber air
tersebut layak untuk diminum atau memang ada yang memilikinya sehingga mereka
harus minta ijin terlebih dahulu.
Namun usaha Pangeran Jaya telah
terlambat. Kekhawatirannya menjadi nyata. Beberapa saat setelah meminum air
tersebut, kedua adiknya langsung tersungkur ke tanah dan tidak bergerak sama
sekali. Susah payah ia membantu mereka namun gagal.
Tiba-tiba muncul seorang kakek di
dekatnya dan berkata,”Sudahlah, anak muda. Relakan saja kedua saudaramu itu.
Mereka sudah tiada karena telah meminum air pancuran ini tanpa meminta ijin
dulu dariku.”
“Kakek tolonglah kedua adikku ini. Apakah
tidak ada cara untuk membuat mereka hidup kembali?”
“Tentu saja ada, Nak. Tapi syaratnya
berat sekali. Kau harus menukar nyawamu untuk membuat mereka hidup kembali. Kau
siap?”
“Maksud Kakek mereka bisa hidup kembali
asalkan aku bersedia menyerahkan nyawaku? Jika itu bisa menghidupkan mereka,
aku bersedia, Kek. Yang penting mereka bisa hidup kembali,”jawab Pangeran Jaya
tegas. Disekanya air mata yang menetes di pelupuk matanya. Betapa sayangnya
pada kedua adiknya sehingga ia tidak rela melihat hal itu terjadi pada mereka.
“Untuk menyembuhkan mereka, silahkan
kau minum juga air pancuran tersebut. Kedua adikmu pasti akan hidup kembali,”perintah
Kakek tua pada Pangeran Jaya yang langsung mematuhinya.
Tidak lama kemudian, kedua adiknya
kembali hidup. Namun yang lebih mengherankan adalah ternyata ia tidak juga
mati. Kondisinya tetap segar dan sehat. Tidak seperti yang dijelaskan oleh
kakek itu yang secara ajaib kini telah berubah menjadi seseorang yang sangat dikenal
oleh Pangeran Jaya dan kedua adiknya.
“Ayah...!”seru ketiga pangeran sambil
berhambur memeluk kakek tua yang ternyata adalah baginda raja, ayah mereka yang
telah memerintahkan pengembaraan ini. Rupanya inilah cara ayah mereka
memberikan ujian.
Maka sejak saat itu, Pangeran Jaya
yang terpilih menggantikan ayahnya untuk memimpin kerajaan. Sementara itu
daerah tempat air pancuran tempat mereka minum kini lebih dikenal dengan nama “Pancoran’”
yang merupakan suatu kecamatan di Jakarta Selatan.
Posting Komentar untuk "ASAL MULA PANCORAN (Cerita Rakyat DKI Jakarta)"