Dahulu kala, di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, hiduplah sepasang naga raksasa. Mereka tinggal di gua yang ada di tepi pantai. Hidup rukun saling menyayangi. Mereka mencari makan di laut dan bermain seharian di pantai untuk pulang ke sarangnya di gua pada sore hari. Sepasang naga ini ternyata belum memiliki anak.
Maka ketika keesokan harinya mereka
menemukan seorang bayi di sebuah bebatuan dekat pantai, mereka senang luar biasa.
Bayi perempuan yang malang itu lalu di bawa ke gua dan dirawat sebaik mungkin
layaknya anak sendiri.
Waktu terus berjalan. Bayi kecil itu
kini telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik jelita. Melihat kedua orang
tuanya yang sangat berbeda bentuk dengan dirinya, membuat sang gadis penasaran.
Ia yang bertahun-tahun selalu hidup di gua dan sekitarnya saja mencoba untuk
keluar rumah dan melihat keadaan luar itu seperti apa.
Ternyata banyak mahluk yang memiliki
bentuk sama seperti dirinya yaitu seorang manusia. Iapun makin sering
menyelinap keluar gua dan bertemu dengan lebih banyak orang seperti dirinya.
Gadis itu merasa terbuka wawasannya dan pengetahuan yang dimiliki makin banyak.
“Kami akan mencari bahan-bahan makanan
di pulau seberang. Kalau mau ikut silahkan. Tapi pulangnya esok hari.
Bagaimana? Jadi ikut tidak?” jelas seorang pedagang yang hendak berlayar. Di
kapal itu sudah ada banyak orang di dalamnya. Dan mereka memiliki tujuan yang
sama.
Gadis itu mengangguk pertanda setuju.
Maka iapun naik perahu tersebut dengan penuh semangat. Ia tidak tahu jika kedua
orang tuanya sedang sibuk mencari dirinya ke sana kemari. Mereka sangat
khawatir dengan keselamatan putrinya itu karena sejak dulu jarang bepergian
jauh. Kedua ekor naga tersebut mencari ke segenap penjuru. Menembus hutan,
melewati perkampungan dan memanjat pegunungan terjal tanpa kenal lelah. Namun
usaha tersebut gagal. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencarinya ke tengah
lautan. Dan benar saja sang putri di temukan tengah berada di sebuah kapal yang
melaju dengan cepatnya menuju ke sebuah pulau.
Kedua naga tersebut mengira putrinya sedang di culik dan hendak di jual
lagi ke manusia lainnya. Mereka lalu menyerang perahu tersebut dengan marahnya.
Awak dan penumpang kapal melawan semampunya. Namun karena tidak berimbang
mereka terdesak hebat. Beberapa orang terluka.
Tidak lama kemudian datanglah seorang pertapa sakti yang terganggu sekali
oleh keributan tersebut. Ia lalu membantu awak dan para penumpang untuk melawan
serangan naga yang sangat berbahaya. Pertarungan seru terjadi selama
berhari-hari hingga akhirnya sang pertapa berhasil memenangkan pertarungan lalu
membunuh kedua naga tersebut.
Bagaimanapun sayangnya para naga tersebut pada anak manusia yang mereka
rawat sejak bayi, tetap saja hal itu tidak dibenarkan karena mereka adalah dua
jenis yang berbeda yang tidak mungkin bisa di satukan. Kita bisa melihat lokasi
pertarungan seru tersebut di kota Tapak Tuan Aceh.
Posting Komentar untuk "Legenda Tapak Tuan (Cerita Rakyat Aceh)"