Kisah ini berlangsung pada masa runtuhnya kerajaan Majapahit tahun 1525. Dan awal pemerintahan kerajaan Demak. Raden Patah sebagai raja Demak lalu menjadikan kota Demak sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan di tanah Jawa. Pendidikan juga diperhatikan dengan baik olehnya. Raden Patah lalu membangun sebuah masjid yang mempunyai arsitektur percampuran antara budaya Hindu dan Islam.
Pada
masa itu ada sebuah misi yang di pimpin oleh Sunan Kalijaga. Namanya ekspedisi
pemboyongan. Misi itu berjalan lancar
hingga mereka tiba di Mrapen dan beristirahat.
“Apakah
kalian haus?’tanya Sunan Kalijaga kepada rombongannya. Mereka yang memang cukup
kelelahan setelah melakukan perjalanan yang jauh mengangguk. Melihat hal itu
Sunan Kalijaga lalu bersemedi memohon kepada Tuhan air minum untuk dia dan
rombongannya. Ia lalu menancapkan tongkatnya ke tanah dan mencabutnya. Berharap
akan keluar air dari lubang tongkat tersebut. Namun yang keluar bukanlah air
melainkan api yang menyala terus menerus. Atau api yang nyalanya abadi. Yang
sekarang sering dipakai untuk event olahraga maupun ritual keagamaan. Tempat
itu sekarang dikenal sebagai Mrapen. Tempat wisata yang terletak di Desa
Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
“Akan
kucoba di tempat lain,”gumam Sunan Kalijaga. Ia lalu mencari tempat tak jauh
dari lokasi api abadi tersebut. Dan benarlah setelah tongkat di cabut keluar
air yang sangat jernih sehingga Sunan Kalijaga dan rombongannya dapat minum
sepuasnya hingga hilang hausnya. Mereka lalu melanjutkan perjalanannya menuju
Demak.
“Ternyata
ada sebuah batu untuk alas tiang (ompak) yang tertinggal di Mrapen. Apakah kita
harus kembali dan mengambilnya?”tanya seorang rombongan setelah memeriksa
kelengkapan peralatan yang mereka bawa.
“Tidak
usah,”jawab Sunan Kalijaga,”Suatu saat ompak itu akan berguna.”
Dan
benar juga apa yang dikatakan Sunan Kalijaga. Kelak alas tiang yang kemudian
dikenal dengan Watu Bobot itu akan berguna bagi Jaka Supo dalam membuat keris.
Sunan Kalijaga mengajak Jaka Supo mencari kayu jati di hutan untuk saka guru
atau tiang Masjid Agung Demak. Jaka Supo adalah seorang empu, putra dari Tumenggung Empu Supodriyo yang
juga ahli membuat peralatan perang dari besi pada masa kerajaan Majapahit. Jaka
Supo lalu menikah dengan adik Sunan Kalijaga bernama Dewi Rasa Wulan.
Pada
suatu hari, datanglah Sunan Kalijaga ke rumah Empu Supo (Jaka Supo setelah mejadi empu). Ia meminta
dibuatkan sebuah keris.
“Tolong
buatkan aku sebuah keris dari besi ini,”pinta Sunan Kalijaga. Ia lalu
menyerahkan besi sebesar biji asam yang membuat Empu Supo melongo keheranan.
“Bagaimana
bisa besi sekecil ini kubuat keris?”gumamnya dalam hati sambil menerima besi
itu yang ternyata sangat berat. Besi itu lalu berubah menjadi besar sekali yang
membuatnya ketakutan. Ia merasa bersalah karena tidak seharusnya meragukan
perkataan Sunan Kalijaga.
Maka
dengan tekun besi itu ditempa diatas Watu Bobot dan dibakar menggunakan api
abadi Mrapen. Setelah itu disepuh menggunakan air sendang yang muncul dari
tongkat Sunan Kalijaga yang tidak jauh
dari api abadi tersebut. Anehnya air sendang yang tadinya jernih sekali setelah
digunakan untuk menyepuh keris itu lalu berubah menjadi keruh. Warnanya menjadi
kuning kecoklatan. Air itu tidak berubah warna keruhnya hingga sekarang.
Posting Komentar untuk "ASAL MULA API ABADI MRAPEN (Cerita dari Grobogan)"