Hari ini Ika dan teman-teman kelasnya sedang bersedih. Sahabat mereka, Rama, meninggal terseret arus sungai ketika ia dan seorang temannya memancing di pinggir sungai kemarin. Jenasah keduanya belum ditemukan hingga hari ini meski sudah banyak orang dan kelompok masyarakat yang membantu mencari. Arus yang cukup deras sangat menyulitkan pencarian.
“Mari kita doakan Rama dan temannya,
Wisnu, bisa segera ditemukan jenasahnya sehingga bisa segera dikuburkan dengan
baik. Aamiin,”ajak Bu Linda kepada murid-murid. Para siswa lalu dengan khusuk
mengirim doa kepada korban.
Sepulangnya dari sekolah, Ika, Ajeng, Joko,
dan Edi pergi menuju lokasi tempat jatuhnya Rama dan Wisnu di sungai. Mereka
melihat-lihat dengan seksama. Ternyata polisi sudah memasang pengumuman agar
tidak ada orang yang mendekati lokasi. Takut ikut tercebur juga. Apalagi hujan
deras kembali mengguyur semalam.
“Dengan arus sederas ini, Rama dan Wisnu
pasti sudah tidak disini lagi. Jasadnya pasti sudah terseret jauh hingga ke
hilir. Makanya pencarian sudah tidak dilakukan di sini lagi,”ucap Joko mencoba
menyampaikan pendapatnya.
“Tapi bisa saja jenasah mereka masih
disini. Tersangkut batu atau tiang sehingga tidak pergi kemana-mana,”balas
Ajeng tidak mau kalah. Ika dan Edi hanya bisa mengangkat bahu. Bagaimanapun
mereka hanya anak-anak yang tidak punya daya dan upaya untuk menemukan jasad
sang sahabat yang malang.
Dua hari kemudian setelah usaha tak
kenal lelah dari banyak pihak barulah jenasah keduanya berhasil di temukan.
Mereka lalu dimakamkan diiringi isak tangis keluarga, guru dan teman-temannya.
Ajeng dan Ika menjadi yang terakhir
pergi meninggalkan makam Rama. Di bawah pohon kamboja dan naungan pohon
beringin tua yang rindang, Rama terbujur tenang. Mereka berdoa dan
mengakhirinya dengan taburan bunga di pusara sang sahabat.
“Ketika aku ulang tahun bulan lalu, kamu
memberikan hadiah buku-buku pelajaran yang cantik padaku. Empat hari lagi kamu
akan ulang tahun. Dan aku sudah menyiapkan kado untukmu. Tapi kamu malah pergi
untuk selamanya. Jadi terimalah kado ini. Aku letakkan saja disini, ya?”ucap
Ajeng muram. Ia meletakan sebuah pulpen yang bentuknya sangat unik di makam
Rama.
Ajeng dan Ika lalu berniat meninggalkan
tempat itu ketika sebuah hal tak terduga membuat jantung mereka seakan berhenti
berdetak. Tiba-tiba saja pulpen itu berdiri sendiri. Dan seperti ada tangan
yang menggerakan ia mulai menulis di samping makam berupa kalimat“Terimakasih”.
Ajeng dan Ika berpandangan sejenak
sebelum akhirnya menjerit dan berlari meninggalkan makam Rama. Mereka mencoba
mengejar serombongan orang yang baru saja berziarah di tempat itu.
Posting Komentar untuk "Kado Spesial Untuk Sahabat Yang Telah Meninggal"