NEGERI SERIBU KUNANG-KUNANG (#5)

 

        “Apa kamu bilang? Kau menuduh aku yang mencuri dompet milik Nindi. Berani benar kau bilang begitu. Jangan sembarangan kalau bicara!”gertak Aksa penuh emosi. Urat-urat di lehernya terlihat mengencang semua.

            “Aku seksi keamanan di kelas ini. Tugasku menjaga agar anak-anak kelas 8B ini tenang dan merasa nyaman dalam belajar. Tapi kalau hampir setiap minggu ada yang kehilangan barang dan uang miliknya, maka tugasku untuk mencari tahu penyebabnya tersebut,”cetus Ginan tepat di muka Aksa tanpa rasa takut sedikitpun. Kebetulan keduanya punya bentuk tubuh yang seimbang. Malah sedikit tinggi dan besar Ginan di banding Aksa.

            “Dan hari ini aku melihat dengan mata kepala sendiri seekor tikus kurap yang berani menyelinap masuk ke dalam tas Nindi lalu menjarah isi dompetnya. Kau akan mendapati masalah berat jika wali kelas kita, Pak Damar tahu. Dan pasti akan aku beritahu,”lanjut Ginan geram demi melihat sikap Aksa tanpa rasa takut dan juga tanpa rasa bersalah sama sekali. Itu membuatnya semakin berani untuk memberi pelajaran kepada anak yang di kelas memang terlihat sok jagoan itu.

            “Kau tidak akan berani melakukan hal itu tanpa ada bukti. Karena itu namanya fitnah!”balas Aksa masih tak mau kalah. Di kejauhan terdengar suara lantang Pak Anggit yang sedang mengajari anak-anak kelas 8B bermain basket yang baik dan benar. Itu sebelum  tiba-tiba Aksa mundur dan mengeluh sakit kepada Pak Anggit yang menyuruhnya untuk kembali dan beristirahat di kelas saja.

            “Jika parah dan tak tertahan lagi, kau istirahat saja di UKS. Nanti pulangnya biar diantar Pak Parto saja,”saran Pak Anggit demi melihat Aksa yang meringis-ringis kesakitan memegangi perutnya. Aksa menggeleng kecil.

            “Tidak, Pak. Biar saya istirahat di kelas saja,”jawab Aksa sambil pamit lalu melangkah terbungkuk-bungkuk menuju ruang kelas. Namun tindakannya tersebut tidak luput dari pengamatan seorang Ginan. Ia sudah terlalu sering melihat alasan serupa yang berulang kali di tunjukkan Aksa. Iapun langsung minta ijin ke Pak Anggit dengan alasan ingin buang air besar. Padahal dirinya hanya ingin membuntuti Aksa. Ia curiga anak itu adalah pencuri barang-barang dan uang anak-anak kelas 8B selama ini.

            Dan benar saja. Ketika dirasa aman tidak ada yang melihat, Aksa langsung beraksi membongkar tas milik teman-temannya. Badannya yang tadi terlihat ringkih kini tampak bugar tak kurang suatu apa. Dengan sigap ia berpindah dari satu tas ke tas lainnya. Sampai akhirnya ia menemukan sebuah dompet berisi uang banyak sekali di dalam tas Nindi.

            Saking girangnya ia sampai tidak menyadari jika Ginan sudah berdiri di belakangnya. Ia baru tersentak ketika tepuk tangan pelan Ginan memecah keheningan. Wajah Aksa menjadi pucat. Namun dengan cepat ia segera bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.

            “Dompet Nindi jatuh dan aku coba mengembalikannya ke dalam tas,”ucap Aksa tenang sambil tersenyum penuh arti. Ia coba mengelak. Tapi Ginan yang sudah terbawa emosi tidak mau tahu alasan tersebut.

            “Umurmu di sekolah ini tidak akan lama lagi. Tindakan pencurianmu yang sudah berkali-kali ini tidak akan termaafkan. Segeralah pikirkan sekolah mana lagi yang akan jadi korbanmu,”desis Ginan di telinga Aksa. Ia lalu melangkah keluar kelas untuk kembali bergabung dengan teman-temannya di lapangan basket.

            “Bukan aku yang keluar tapi kau, Ginan. Kau akan terima balasan setimpal karena telah berani berurusan denganku!”ancam Aksa tak kalah garangnya.

(Bersambung)

Posting Komentar untuk "NEGERI SERIBU KUNANG-KUNANG (#5)"