Pada suatu hari, Macan Tutul baru saja pulang dari berburu di hutan. Karena gagal ia lalu mendatangi pemukiman penduduk dan membuka salah satu kandang yang mereka miliki.
“Kamu kenapa?” tanyanya sedikit marah. Macan Tutul lalu menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Mendengar penjelasan tersebut, ia semakin marah.
Di dalamnya ada begitu banyak domba sedang beristirahat.
Semuanya langsung berdiri ketika melihat kedatangan Macan Tutul. Seekor domba jantan yang memiliki bulu-bulu demikian lebat yang belum pernah ia lihat sebelumnya datang mendekat.
“Selamat siang, teman! Kamu siapa?”tanya Macan Tutul penasaran. Domba jantan itu menepuk-nepuk dadanya dengan gagah. Macan Tutul berdebar.
“Aku domba jantan. Aku penguasa tempat ini. Kamu siapa? Kalau ingin macam-macam kamu harus hadapi aku dulu!”
Mendengar itu Macan Tutul jadi ketakutan. Ia lalu lari pontang-panting meninggalkan tempat itu untuk kembali ke rumah. Jackal, sahabatnya, menatap dengan penuh keheranan.
“Kamu kenapa?” tanyanya sedikit marah. Macan Tutul lalu menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Mendengar penjelasan tersebut, ia semakin marah.
“Betapa bodohnya kamu,”seru Jackal,”Ada makanan selezat itu kamu biarkan saja. Ayo sekarang kita kembali ke sana! Kita tangkap domba gemuk itu untuk santapan makan malam kita.”
Mereka berdua lalu berlari untuk mendatangi kandang yang ada di perumahan penduduk. Domba dan istrinya melihat Macan Tutul dan Jackal dengan cemas.
“Macan Tutul itu telah kembali. Ia membawa rekannya yang lain. Anjing liar tampak galak seperti macan. Aku takut istriku. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
“Jangan khawatir. Biar aku yang menangani mereka. Kamu gendong bayi kita ini. Jika Macan Tutul dan Jackal sudah tiba, kamu cubit anak kita ini keras-keras sampai dia menangis kencang.”pesan istrinya mengatur rencana.
Setelah Macan Tutul dan Jackal datang, Domba lalu mencubit anaknya keras-keras. Sang istri maju menghadapi mereka dengan segenap keberanian yang ia miliki.
“Wahai Jackal, temanku yang baik hati. Terimakasih telah membawakan makanan untuk anak kami yang sedang menangis kelaparan saat ini. Macan Tutul ini pasti dagingnya banyak dan lezat jika dijadikan makanan untuk anak kami. Terimakasih atas kebaikan kamu!”ucap sang istri domba penuh semangat.
Macan Tutul kaget mendengar penjelasan istri domba bahwa dirinya akan jadi santapan anak mereka yang kelaparan. Ia ketakutan setengah mati. Kakinya gemetaran dan butiran keringat dingin menetes membasahi sekujur tubuhnya.
Ia lalu meloncat pergi melarikan diri dari tempat itu sambil menyeret Jackal sahabatnya. Melewati hutan, gunung, lembah dan sungai bebatuan yang beraliran deras. Jackal marah namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya sakit semua membentur sana-sini.
Posting Komentar untuk "Harimau, Domba, dan Jackal (Cerita dari Afrika Selatan)"