Ia sombong, manja, kasar dan juga
pemalas. Segala permintaannya harus dituruti. Jika tidak emosinya akan meledak.
Kepada siapapun yang tidak cocok dengan hatinya pasti akan terkena amarah. Hal
itu mungkin sebagai akibat dari sang raja yang terus memenuhi semua
permintaannya sehingga sejak kecil hingga dewasa membuat sang putri tumbuh
menjadi gadis yang sangat egois.
Sang Raja membuatkan puri yang
sangat indah di lereng gunung yang asri. Selain luas, puri tersebut dilengkapi
oleh taman bunga nan cantik. Di dekatnya membentang sebuah danau berair jernih.
Di danau ini, sang putri sering mandi dan berenang hingga puas. Para dayang dan
prajurit yang menjaganya tidak diperbolehkan berada di sekitar danau. Mereka
harus berada di luar area untuk mengamankan orang yang tidak sengaja datang ke
tempat itu.
Pada suatu hari, entah karena
para dayang maupun para prajuritnya sedang tertidur, ternyata ada seorang
wanita tua berpakaian kumal dan tubuh kotor berhasil memasuki puri dan
mendekati danau yang jernih tersebut. Iapun terlihat sangat bersemangat hendak
berendam dan membersihkan diri di danau tersebut.
“Hei, siapa kamu!
Berani-beraninya masuk kemari dan mengotori danau milikku ini!”teriak Sang Putri
penuh emosi sambil menunjuk-nunjuk ke perempuan tua tersebut.
“Maaf tuan putri, saya hanya
ingin membersihkan diri sebentar karena seharian ini belum sempat mandi. Saya
kira siapa saja boleh menggunakan danau ini,” jawab perempuan tua itu
terbata-bata.
“Tidak boleh. Tubuh kotormu itu akan
meracuni danau ini dan membuat kulitku rusak. Sebaiknya kau pergi sekarang juga
atau para pengawalku akan menangkapmu dan membawamu ke penjara!”usir Sang Putri
semakin emosi.
“Baiklah saya akan pergi. Tapi
Tuhan akan menghukum anda Tuan Putri atas semua perangai burukmu selama ini.
Mulutmu yang berbisa itu sangatlah pantas dimiliki oleh seekor ular bukan
manusia lagi seperti layaknya dirimu saat ini yang sangat cantik!”kutuk
perempuan tua sambil berlalu meninggalkan tempat itu.
“Uh, kurang ajar sekali perempuan
miskin bau sampah itu menyumpahi aku. Memangnya dia siapa? Sumpahnya tidak akan
mempan untukku,”gumam Sang Putri sambil kembali berendam di danau.
Akan tetapi seiring berlalunya
perempuan tua tadi, tiba-tiba cuaca menjadi gelap. Angin bertiup demikian
kencang dengan diiringi petir menggelegar susul menyusul lalu menghantam tubuh Sang Putri hingga terpental ke tengah danau. Ketika
ia siuman, Sang Putri terkejut bukan main karena sosoknya yang sebelumnya
sangat cantik kini telah berubah menjadi ular hitam besar yang jelek dan
bersisik.
Ternyata kutukan perempuan tadi
menjadi nyata. Dan untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat memberi nama
danau itu dengan sebutan danau atau telaga Cikaputrian.
Posting Komentar untuk "ASAL USUL CIKAPUTRIAN (Cerita Rakyat Banten)"