Pada jaman dahulu, di Desa Wanua Uner, hiduplah sepasang
suami istri yang sudah lama menikah namun belum dikaruniai anak. Sang suami
namanya Pontohroring. Istrinya bernama Mamaluan.
Meski
demikian mereka tidak menyerah. Keduanya terus berdoa agar memiliki keturunan.
Hingga pada akhirnya di usia yang sudah tidak muda lagi, Mamaluan akhirnya
hamil dan melahirkan seorang bayi mungil nan cantik yang diberi nama Keke
Panagian. Masyarakat Minahasa memanggil Keke untuk anak perempuan tersayang
mereka.
Keke
Panagian kemudian tumbuh menjadi gadis cantik, pintar dan baik perangainya. Ia
selalu tersenyum dan ceria bermain dengan teman-teman sebaya. Keke sangat
pandai menari Maengket.
Suatu waktu,
warga desa mengadakan syukuran berupa pesta rakyat yang bisa dihadiri oleh
banyak orang. Dan Keke Panagian tertarik untuk mengikutinya namun tidak
diijinkan oleh kedua orang tuanya karena khawatir akan keselamatan sang anak
gadis. Meski terus merayu dengan bermacam cara, tetap saja ijin yang diharapkan
tidak keluar juga.
Maka cara
terakhir Keke adalah berdoa agar Tuhan membukakan jalan. Ia terus berdoa
sepanjang hari di kamarnya. Ketika tengah khusyuk berdoa, tiba-tibamuncullah sebuah tangga dari atas ke dalam
kamar Keke. Iapun dengan penuh semangat menaiki tangga tersebut yang ternyata
membawanya ke sebuah jalan lurus menuju ke lapangan lokasi diadakannya pesta
rakyat. Hebatnya lagi Keke diminta untuk memimpin acara syukuran.
Hingga pagi
menjelang ia sangat menikmati acara tersebut. Namun sayangnya ketika pulang,
kedua orang tuanya yang kecewa dengan Keke tidak mengijinkan ia masuk ke rumah.
Keke lalu pergi ke rumah Ma’Tua, tantenya. Namun ia juga tidak mendapat
sambutan yang baik.
”Tidurlah di
kolong rumah,”ucap Ma’Tua ketus.
“Tapi di
bawah banyak hewan, Tan. Aku tidak akan bisa tidur jika begitu. Suara mereka
akan sangat mengganggu. Dan bau lagi,”protes Keke sedih.
Setengah
putus asa, ia lalu memutuskan untuk kembali ke tanah lapang tempat pesta
berlangsung. Tempat itu sudah sepi. Orang-orang yang kecapekan sudah pulang
kembali ke rumah untuk beristirahat. Keke terduduk lemas.
Tiba-tiba,
dari atas langit turun tangga ajaib sama dengan tangga yang muncul di kamarnya
tadi malam. Lalu sebuah suara ajaib menuntunnya untuk naik ke tangga itu. Keke
yang sudah keletihan mengikuti saja suara tersebut. Ia seperti terkena
hipnotis. Sementara dari kejauhan tampak kedua orang tuanya dan beberapa
penduduk desa berteriak-teriak memanggil namanya. Mereka memintanya untuk turun
dari tangga tersebut. Namun semua usaha tersebut sia-sia.
“Ayah Ibu
maafkan aku. Semua sudah terlambat. Aku akan pergi menemui Tuhan di
langit,”gumam Keke sedih.
Mereka lalu
menyaksikan gadis cantik itu lenyap untuk selamanya. Hanya sesal di dada yang
tertinggal. Kedua orang tua Keke akhirnya meninggal dalam penyesalan karena
kesedihan yang begitu dalam atas kepergian putri tersayang mereka.
Location:
Berbagi :
Posting Komentar
untuk "KEKE PANAGIAN (Cerita Rakyat Sulawesi Utara)"
Posting Komentar untuk "KEKE PANAGIAN (Cerita Rakyat Sulawesi Utara)"