Sampai akhirnya mereka mendengar ada tabib yang cukup ternama di daerah
mereka. Namanya Mangku Amat dan Nyai Jaya. Keduanya terkenal mampu mengobati
bermacam penyakit. Konon mereka juga mempunyai kemampuan untuk menghidupkan
orang yang sudah mati. Mereka lalu memanggil putra Raja Bunu yaitu Paninting
Tarung.
“Cari dan bawalah tabib Mangku Amat dan Nyai Jaya kemari untuk mengobati
sakit ayahmu. Mereka berdua tinggal di Telaga Mantuk,”perintah Raja Sangiang
kepada keponakannya itu. Paninting Tarung lalu berangkat untuk menjemput sang
tabib.
Namun hingga tiga kali bolak-balik
ke rumah sang tabib ternyata tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Iapun
pulang dengan tangan hampa. Hal itu membuat Raja Sangiang dan Raja Sangen curiga jangan-jangan Paninting
Tarung tidak melakukan apa yang mereka perintahkan.
“Saya sudah kesana hingga tiga kali, paman. Tapi nyatanya tidak pernah
berjumpa orang yang dimaksud,”jawab Paninting Tarung dengan nada marah.
“Baiklah. Tapi mungkin kamu harus coba lagi kesana,”perintah Raja Sangen.
Tanpa pikir panjang lagi Paninting Tarung lalu bergegas menuju ke lokasi
yang dimaksud. Dan ketika masih mendapati
rumah yang kosong, emosinya naik hingga ke puncaknya. Rumah tersebut
dihancurkan. Ia lalu pulang membawa beberapa bagian rumah sebagai bukti bahwa
ia memang benar baru saja pergi ke rumah tersebut.
Sementara itu kesedihan begitu terasa setelah Mangku Amat dan Nyai Jaya
pulang dan mendapati rumah mereka telah hancur. Sementara peralatan yang biasa
digunakan untuk pengobatanpun ikut lenyap. Namun keduanya tidak bisa berbuat
banyak meskipun mereka tahu pelakunya adalah Paninting Tarung. Mereka hanya
sedih karena tidak berapa lama kemudian Raja Bunu meninggal dunia tanpa mereka
bisa memberikan pertolongan sebelumnya.
“Sebenarnya jika Paninting Tarung mau bersabar, mungkin Raja Bunu bisa
sembuh. Seandainya sudah meninggalpun, kami punya kemampuan untuk
menghidupkannya kembali. Sayangnya peralatan
kami juga sudah tidak ada,”keluh Nyai Jaya penuh penyesalan.
Posting Komentar untuk "KISAH RAJA BUNU (Cerita Rakyat Kalimantan Utara)"