Konon, dahulu ada seekor beruang yang tinggal sendirian di dalam gua tepat di tengah hutan lebat. Di sana, beruang itu beraktivitas secara mandiri tanpa teman beruang lain yang menemani. Meski bahagia, tapi akhirnya ia merasa kesepian juga.
“Aku bosan ngobrol dengan rumput dan
pohon-pohon bisu di sekitarku. Aku butuh teman untuk bercanda agar otakku tidak
stres,”gumam beruang sedih.
Ia lalu pergi berkeliling untuk
mencari teman. Setelah berjalan selama beberapa jam lamanya, akhirnya dia
melihat ada seorang kakek yang juga tinggal di hutan seorang diri.
“Aku harus menyamar menjadi orang
juga agar kakek itu tidak takut padaku,”pikir beruang sambil mengenakan topeng
menyerupai manusia. Ia lalu menemui sang kakek yang tengah sibuk menyirami
bunganya.
“Hai, teman, apa yang sedang kamu
lakukan?”tanya beruang penuh perhatian.
“Seperti yang kau lihat, aku sedang
merawat bunga-bunga kesayanganku. Aku suka wanginya dan merekalah sahabat
pengurang sepiku,”jawab kakek pilu. Rupanya ia juga merasa kesepian. Beruang paham
betul dengan situasi kakek tua tersebut.
“Bagaimana kalau aku tinggal di
rumahmu mulai hari ini. Aku bisa menjadi teman berbincang untuk mengurangi
kesepianmu,”ucap beruang menawarkan diri. Tak disangka ia mendapat sambutan
yang hangat dari si kakek.
Maka sejak saat itu, mereka tinggal
bersama. Saling bekerjasama dalam banyak hal. Berpikir dan bertindak bersama
secara terus menerus membuat kesepian mereka selama ini sedikit demi sedikit
terobati.
Hingga pada suatu hari, ketika
mereka tengah merawat bunga-bunga di taman depan rumah. Beruang tertarik dengan
sarang lebah yang menggantung di pohon mangga tak jauh dari taman tersebut. Ia
lalu menghancurkan sarang lebah itu
dengan memukulnya menggunakan tongkat kayu. Namun akibatnya para lebah menjadi
murka. Tanpa ampun mereka menyerang beruang itu dengan beringas. Pak tua yang
tidak tahu apa-apa ikut terkena getahnya. Ia diserang lebah hingga terjatuh dan
pingsan.
Beruang lalu lari terbirit-birit
menuju hutan tempat tinggalnya agar tidak mengalami nasib yang buruk seperti
pak tua tadi. Ternyata keputusannya selama ini salah.
Posting Komentar untuk "Beruang dan Pak Tua"