Pada suatu hari, ada beberapa gadis yang pergi menimba air di sumur desa. Mereka bercakap-cakap tentang pertunangan masing-masing. Mereka tampak senang dan bersemangat membicarakan hal tersebut.
“Pamanku
akan datang dengan membawa pakaian terbaik untuk kado pernikahanku,”ucap
seorang gadis.
“Pamanku
juga akan membawakan daging dan makanan enak lainnya untukku,”timpal temannya
yang lain membuat percakapan mereka semakin ramai dan mengasyikan.
Bopoluchi,
gadis paling cantik diantara mereka justru terdiam sedih. Ia adalah anak yatim
piatu. Namun ia berharap ada pamannya yang bersedia mengurus pernikahannya.
Iapun mencoba untuk ceria kembali.
Sementara
itu tidak jauh dari tempat itu, ada seorang pedagang wewangian dan kosmetik
yang ikut menguping dan mendengarkan percakapan para gadis itu terutama apa
yang diucapkan oleh Bopoluchi. Ia jatuh cinta dengan gadis cantik tersebut dan
berharap dapat menikahinya segera.
Maka
keesokan harinya iapun datang ke rumah Bopoluchi dengan membawa nampan bermacam
hadiah seperti perhiasan, pakaian, makanan dan minuman yang enak-enak.
“Aku
adalah adik dari ayahmu yang sudah lama pergi merantau ke negeri jauh. Aku
telah mencarimu dalam waktu yang lama. Nah sekarang aku berniat melamarmu untuk
menikah dengan putraku,”jelas orang itu berbohong. Ia terlihat tulus meskipun
sesungguhnya adalah seorang perampok jahat yang sedang menyamar.
Bopoluchi
yang hidup sendirian selama ini terlihat bahagia karena ternyata masih ada
orang lain yang peduli padanya. Apalagi dia adalah pamannya sendiri yang sudah
lama tak bertemu. Tanpa pikir panjang iapun segera berkemas lalu pergi
mengikuti lelaki licik tersebut.
Namun
ditengah perjalanan, ada seekor burung gagak yang berteriak-teriak nyaring
mengingatkan,”Bopoluchi yang cantik! Kau telah kehilangan akal sehatmu! Lelaki
itu sesungguhnya bukan pamanmu, tapi dia adalah seorang perampok jahat yang
tengah menyamar agar dapat memiliki dirimu!”
“Paman,
apa maksud burung gagak itu? Kenapa dia berteriak-teriak seperti itu?”tanya
Bopoluchi dengan penuh curiga kepada lelaki yang ia percaya sebagai pamannya
itu.
“Tidak
usah dipikirkan! Itu hanya omong kosong saja! Semua burung gagak di negeri ini
selalu meracau seperti itu!”balas si perampok menepis kekhawatiran Bopoluchi.
Mereka
lalu melanjutkan kembali perjalanannya yang sempat terhenti karena ulah si
burung gagak. Namun tak lama kemudian mereka mendengar suara burung merak di
depan mereka.
“Wahai
Bopoluchi yang cantik, rupanya kau telah kehilangan akal sehatmu. Itu karena
kau terlalu percaya dengan tipu muslihat perampok di sampingmu itu!”seru burung
merak menyindir keduanya.
“Mengapa
burung merak itu berkata demikian, paman?”tanya Bopoluchi lagi penasaran.
“Tidak
usah kau hiraukan ucapannya! Semua burung merak di negeri selalu mengigau
seperti itu!”balas si perampok dengan nada tinggi. Ia mulai kesal sekarang.
Mereka
kembali melanjutkan perjalanan untuk berhenti sebentar tak lama kemudian ketika
ada seekor serigala menatap mereka lalu melolong tinggi.
“Bopoluchi
yang cantik tapi malang, sesungguhnya kamu telah ditipu lelaki pendusta ini!
Tidak ada paman yang baik hati hendak menolongmu, melainkan dia itu
sesungguhnya perampok jahat yang hendak menipumu!”ucap serigala sedikit emosi.
“Kenapa
dengan serigala itu, paman? Kenapa dia berkata seperti itu?”tanya Bopoluchi
makin penasaran.
“Tidak
usah kau dengarkan omongannya yang penuh hasutan. Ketahuilah bahwa hampir semua
serigala di negeri ini selalu bertingkah seperti itu!”jawab si perampok
menenangkan.
Setelah
menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sampailah mereka di rumah
perampok. Disana Bopoluchi tahu maksud sebenarnya dari sang perampok jahat.
Ternyata ia sendiri yang akan menikahi Bopoluchi bukan anaknya. Si perampok
ternyata belum menikah dan ia tinggal dengan ibunya yang sudah sangat tua.
Rambutnya sudah rontok semua bahkan nyaris botak. Si perampok lalu meninggalkan
Bopoluchi dengan ibunya, sementara dirinya pergi untuk mengurus keperluan
pernikahan mereka.
“Rambutmu
sangat indah. Panjang, lembut dan wangi. Bagaimana kau bisa mendapatkan rambut
seindah ini?”tanya si ibu tua ketika sedang memakaikan gaun pengantin kepada
Bopoluchi. Ia ingin mengetahui apakah baju pengantin itu sudah cocok dengan
calon menantunya itu apa belum.
“Ibuku
selalu memasukan kepalaku ke dalam lesung pengupas padi. Ia lalu memukul
kepalaku dengan alu hingga rambut
dikepalaku tumbuh satu persatu menjadi panjang dan lebat seindah ini,”cerita
Bopoluchi mencoba menipu ibu si perampok. Anehnya, nenek tua itu ternyata percaya
begitu saja ceritanya. Iapun lalu memasukan kepalanya ke dalam lesung lalu
meminta Bopoluchi untuk mulai memukulnya dengan kayu penumbuk padi. Akibatnya
nenek tua itupun meninggal akibat pukulan di kepalanya.
Bopoluchi
lalu mendandani nenek itu dengan gaun pengantin yang diberikan si perampok
kepadanya. Ia lalu melarikan diri dari rumah itu untuk kembali ke desanya.
Untuk menjaga keselamatan dirinya, ia lalu menginap di rumah para tetangganya.
Setiap malam ia selalu berganti tempat tidur sampai akhirnya ia merasa lelah
dan memutuskan untuk melakukan perlawanan.
Si
perampok ternyata membawa empat orang temannya untuk membalas kematian ibunya.
Namun mereka gagal akibat kecerdikan Bopoluchi. Kelimanya akhirnya menemui ajal
pula di tangan Bopoluchi. Dua diantaranya mati terpanggang di atas pohon karena
ketakutan melarikan diri naik ke atas pohon yang tinggi namun berhasil
ditemukan oleh Bopoluchi.
Akhirnya
Bopoluchi berhasil hidup dengan tenang setelah itu. Iapun menggunakan banyaknya
hadiah emas permata dari si perampok untuk memenuhi kehidupannya dan membantu
beberapa tetangga yang hidup dalam kemiskinan.
Posting Komentar untuk "BOPOLUCHI (Cerita Dari India)"