Alkisah, dahulu ada seorang ibu yang sedang menangkap ikan dengan ditemani anaknya. Untuk mempercepat proses penangkapan maka sang ibu menebar racun ikan di sungai tersebut. Ia tidak menggunakan pancing ataupun jala karena akan memakan waktu lebih lama.
“Kau tunggu ibu disini ya, Nak. Jangan
pergi kemana-mana sampai ibu selesai menyelesaikan pekerjaan ini,”pesan ibu
tersebut sambil meletakan anaknya di sebuah batu yang ada di tepi sungai yang
sangat jernih airnya tersebut. Ia lalu mulai memunguti ikan disungai yang
mengambang karena mati terkena racun. Baik ikan besar maupun kecil tidak ada
yang berhasil lolos.
Sementara itu anaknya yang duduk
memperhatikan tiba-tiba berubah panik ketika mendapati batu yang sedang
didudukinya berubah menjadi semakin tinggi. Ia berteriak-teriak memanggil sang
ibu.
“Bu....Ibu....tolong aku!” teriaknya
sambil melambai-lambaikan tangan memanggil ibunya. Namun sang ibu seperti tidak
peduli. Ia terlalu asyik mengumpulkan ikan di sungai tanpa menyadari jika Batu
Senuyung yang tengah di duduki sang anak terus bergerak semakin meninggi.
Barulah setelah air sungai semakin
meninggi dan ikan-ikan sudah tinggal sedikit, sang ibu menyadari sesuatu yang
buruk telah terjadi pada anaknya. Anaknya itu sekarang berada di pucuk batu
yang sangat tinggi layaknya sebuah bukit
sehingga ia tidak sanggup menggapainya.
“Apa yang terjadi padamu, Nak?
Bagaimana kau bisa berada di sana?”gumamnya dipenuhi rasa cemas. Ia lalu
berteriak meminta pertolongan. Namun sampai suaranya habis, tidak ada
seorangpun yang datang menolong.
Tak berapa lama kemudian, terbanglah
seekor elang besar di atas mereka. Sang ibupun berteriak kepada elang tersebut
meminta pertolongan.
“Wahai Elang yang baik! Tolong bawakan
anakku kemari? Akan kuberi hadiah apapun yang kau mau!”seru sang ibu penuh
harap. Namun elang tersebut tidak peduli. Ia hanya terbang berputar-putar di
atas batu lalu pergi menjauh setelah merasa tidak ada mangsa yang bisa
ditangkapnya.
Beruntung tidak lama setelah itu,
muncullah seekor burung tiung besar. Atau kita mengenalnya sebagai burung beo.
Ibu lalu meminta bantuan kepada burung itu dan si burung yang baik dengan
hati-hati berhasil membawa anaknya turun ke bawah.
Ia lalu diberi sebuah kungkung atau
kalung dan sebuah sebang atau anting yang indah sebagai ucapan terimakasih dari
sang ibu atas pertolongannya.
Posting Komentar untuk "LEGENDA BATU SENUYUNG (Cerita Dari Natuna)"