Dahulu kala, di daerah Soppeng (Sulawesi Selatan), ada sepasang pengantin Arung (golongan bangsawan) yang sedang melakukan perjalanan dari Umpunge menuju ke daerah Sering (Donri-donri). Ditengah perjalanan mereka beristirahat sejenak. Tujuannya agar bisa berhemat tenaganya sehingga sampai di tujuan nanti, sampai dengan selamat.
“Sebaiknya kita
beristirahat saja dulu. Kita akan beristirahat di atas bukit sana yang terdapat
banyak batu-batu berukuran besar. Kita bisa memilih mana batu yang dirasa baik
untuk duduk dan beristirahat sebentar,”ucap kepala rombongan sambil mengajak semua
orang berjalan menuju ke arah bukit yang di maksud.
“Sebaiknya berhati-hatilah
dalam memilih batu untuk kalian duduki. Hilangkan sikap takabur. Jaga ucapan
kalian dan jangan asal bicara. Takutnya akan ada sesuatu yang tak terduga jika
kita tidak bersikap sopan karena kita berada di tanah orang,”pesan Indo
Botting, sang perias pengantin kepada sepasang pengantin yang sudah ia anggap
seperti anaknya sendiri.
“Sudahlah istriku, jangan
terlalu diambil hati ucapannya. Silahkan pilih batu untuk kau duduk sesukamu. Tenang
saja. Tidak akan terjadi apa-apa, kok. Percayalah padaku,” bisik si pengantin
pria kepada istrinya. Ia seperti menganggap enteng peringatan dari Indo
Botting.
Akibatnya sesuatu yang
sangat ditakutkan tadi menjadi kenyataan. Setelah duduk sembarangan, sepasang
pengantin itu lalu berubah menjadi batu. Hal ini membuat seluruh rombongan
menjadi histeris. Mereka mendapati batu tempat duduk pengantin itu kini muncul
sepasang batu besar yang bentuknya sangat mirip dengan sosok sang pengantin
malang itu.
“Batu ini pasti bukan
sembarang batu. Ia menjadi marah karena sikap pongah sang pengantin. Mereka
mendapat balasan atas sikapnya yang sombong,”celetuk seorang anggota rombongan
yang diangguki oleh anggota lainnya. Meski sedih mereka tidak bisa berbuat
banyak untuk merubah takdir tersebut.
Selain satu pasang batu ini
yang diberi nama oleh warga sebagai pengantin bangsawan (Botting Arung), muncul juga di bukit sebelahnya satu pasang
batu lainnya yang diberi panggilan pengantin rakyat biasa (Botting Sama’).
Banyak warga yang sering
datang berziarah ke tempat tersebut untuk berdoa agar cita-citanya terkabul.
Apalagi ditempat itu juga terdapat batu yang mirip dengan ranjang dan
perlengkapan pengantin lainnya. Sementara di Botting Sama’ terdapat beberapa
batu yang dinamakan Passepi Botting atau pendamping pengantin.
Posting Komentar untuk "BULU BOTTING (Cerita Rakyat Soppeng)"