Dahulu, negeri Jambi tidak seramai sekarang. Masih sepi. Penduduknyapun jarang. Namun seiring berjalannya waktu, ramai orang datang berbondong-bondong untuk tinggal dan mencari penghidupan. Mereka membentuk kampung-kampung di berbagai sudut negeri yang dipimpin oleh masing-masing ketua kampung pilihan mereka.
Ketua kampung
menjadi orang yang diikuti tindakan dan perkataannya. Jika ada masalah antar
kampung, ia yang maju untuk berunding dengan ketua kampung lainnya dan
mengambil keputusan. Akan tetapi seringkali masalah itu tidak benar-benar bisa
terpecahkan karena perbedaan pendapat yang dalam diantara mereka membuat semua
tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya masalah itu mengendap tanpa ada solusi
karena tidak ada yang berani mengambil satu keputusan yang harus diikuti oleh
semua.
“Inilah pentingnya kehadiran seorang
raja di antara kita. Dia menjadi penengah dan orang yang diikuti titahnya
sehingga tidak ada silang pendapat tak berkesudahan seperti ini,”ujar seorang
ketua kampung yang diangguki oleh lainnya.
“Tapi kita harus punya seorang raja
yang bijaksana, pintar dan tentu saja sakti mandraguna sehingga bisa membimbing
dan melindungi kita dari marabahaya yang suatu saat datang menyerang kita,”ujar
ketua kampung lainnya. Yang lain kembali mengangguk setuju.
Para ketua kampung itu lalu pulang
untuk mencari kriteria yang tepat bagi raja yang akan memimpin mereka. Mereka
berkumpul kembali beberapa hari kemudian dan sepakat untuk membuat sayembara
pencarian seorang raja yang akan menjadi pemimpin mereka beberapa tahun ke
depan. Sementara syaratnya adalah raja tersebut harus kuat berendam di air
selama tiga hari tiga malam, kebal dari tusukan besi dan tidak terbakar api.
Sebuah syarat yang tidak main-main agar raja mereka nantinya benar-benar orang
yang sakti.
Sayembara itu lalu disebar ke
seluruh pelosok negeri agar mereka yang merasa mampu mau maju untuk mengikuti
sayembara tersebut. Maka bermunculanlah beberapa orang sakti untuk mengikuti
tes yang sangat berat itu. Sepanjang tahun mereka datang silih berganti tetapi
tidak ada satupun yang berhasil. Mereka berguguran dan tak sanggup melewati
rintangan yang disiapkan panitia.
“Sepertinya kita harus berangkat ke
negeri lain untuk mencari sosok yang kita cari ini,”ujar seorang ketua kampung
yang diamini oleh teman-temannya. Mereka lalu berangkat menyusuri sungai dan
mengarungi lautan. Membuat sayembara di setiap negeri yang didatangi. Banyak
yang ikut dan sebanyak itu pula yang gagal. Sampai akhirnya mereka tiba di
tanah India.
Mungkin disinilah akhir perjalanan
mereka karena di negeri ini banyak orang yang memiliki fisik yang bagus.
Orang-orangnya tinggi besar, berkulit gelap dan berhidung mancung. Namun ternyata
tidak semudah yang mereka kira. Kriteria yang sangat tinggi membuat mereka juga
mengalami kesulitan yang sama seperti orang-orang dari negeri lain yang telah
mencoba mengikuti sayembara itu.
Dan ditengah keputus asaan itu,
muncullah seseorang yang ditunggu. Tepat di hari yang ke-360. Pria berperawakan
tinggi besar itu berhasil melewati semua ujian. Iapun didaulat sebagai Raja
Jambi pertama dan diberi gelar Raja Keling. Mereka lalu berangkat menuju Jambi.
Menyeberangi lautan sebelum akhirnya tiba disebuah sungai yang besar dan
panjang.
“Apa nama sungai ini? Besar sekali,”tanya
Raja Keling kagum. Semua orang menggeleng. Tidak ada yang tahu namanya.
“Belum terpikir dibenak kami hingga
sekarang untuk memberi sungai ini sebuah nama. Mungkin tuanku bisa membantu
sekaligus menjadi tugas pertama tuan sebagai raja kami,”jawab seorang ketua
kampung yang diangguki oleh lainnya. Raja Keling terdiam.
“Ehm...baiklah aku akan memberinya
nama. Tapi mungkin tidak sekarang. Aku perlu melihat sungai ini sampai nanti
kita tiba di Jambi. Disana mudah-mudahan aku sudah bisa menemukan nama yang
tepat,”jelas Raja Keling yakin.
Rombongan itu lalu tiba di Jambi dan
mendapat sambutan meriah dari rakyat banyak yang penasaran ingin melihat raja
pertama mereka. Raja pilihan para ketua kampung. Ditengah-tengah kumpulan massa
yang menyemut, Raja Keling berdiri dengan gagahnya untuk memberi kata sambutan.
Ia berjanji akan menjadi pemimpin yang amanah, pelindung rakyat dan membimbing
mereka menuju masyarakat adil makmur. Ia juga mengumumkan keputusan pertamanya
yaitu memberi nama sungai yang mereka lalui kemarin dengan nama Sungai
Kepetangan Hari. Diberi nama itu karena saat tiba di Jambi hari sudah menjelang
petang.
Sungai
Kepetangan Hari menjadi sumber penghidupan masyarakat banyak. Mereka berdagang,
mencari ikan dan emas dan masih banyak lagi aktivitas lainnya disana. Raja
Keling dengan berbagai macam pertimbangan lalu merubah lagi namanya menjadi Sungai
Batanghari. Ia juga melarang rakyatnya untuk mengotori sungai dengan sampah dan
melarang orang menebang pohon di sekeliling sungai untuk menjaga kebersihannya.
Sungai
Batanghari benar-benar menjadi berkah bagi semua orang.
Posting Komentar untuk "ASAL USUL SUNGAI BATANGHARI (Cerita Rakyat Jambi)"