Dahulu kala, di Maluku, ada sebuah kampung bernama Kampung Tolire. Masyarakatnya hidup berkecukupan. Aktivitas kehidupan berjalan tenang dan damai. Masyarakat juga sangat menjaga adat istiadat dalam segala sendi kehidupan mereka. Kegiatan adat rutin dilakukan dengan penuh persaudaraan dan dilaksanakan dalam suasana gotong royong yang kental.
Salah satunya adalah kegiatan pesta
adat besar yang diselenggarakan setiap tahunnya. Kegiatan ini di pimpin oleh
para tetua adat dan diikuti oleh seluruh masyarakat. Selain dihiasi dengan
hidangan besar yang mewah, ada juga panggung hiburan tempat warga bisa
berdendang dan dengan iringan biola.
Namun malam sebelumnya, beberapa
warga sempat mendengar seekor ayam jantan yang berkokok di tengah malam dengan
suara yang kencang,”Kuukuuruuyuuk....tolire gam jaha!”
Suara “Tolire gam jaha” tersebut
yang berarti Tolire akan tenggelam terdengar jelas berulang-ulang. Hal itu
untuk mengingatkan akan datangnya bencana alam besar yang bisa menghancurkan desa
Tolire. Namun para tetua adat dan warga tetap tenang dan santai. Mereka terus
berpesta hingga larut malam dan tidak lagi menghiraukan peringatan tersebut.
Hal itu mungkin karena sepengetahuan
mereka, tidak ada hal buruk yang telah dilakukan oleh warga. Selama ini mereka
selalu menjaga tingkah laku dan perkataan. Kegiatan keagamaan juga terus
berjalan dengan sangat baik.
Padahal beberapa waktu sebelumnya,
ada seorang ayah yang telah berbuat zina dengan anaknya sendiri. Nafsu telah
membuat keduanya gelap mata dan berani melakukan tindakan yang sebenarnya sangat ditakuti oleh warga Tolire.
Akibatnya, pagi hari setelah pesta yang
berlangsung meriah, tanah Desa Tolire tiba-tiba saja bergetar hebat lalu amblas
membentuk cekungan besar. Hujan besar disertai petir turun dengan derasnya
sehingga mengisi cekungan tersebut sekaligus menenggelamkan desa. Desa Tolire
habis tak bersisa. Cekungan itu kemudian diberi nama Danau Tolire Besar. Sebagian
besar warganya tidak selamat dan hanya sebagian kecil yang bisa melarikan diri
ke tempat yang aman. Termasuk ayah dan anak yang telah melakukan tindakan
asusila tersebut.
Murka Tuhan ternyata belum berhenti
ketika melihat keduanya malah selamat dari bencana. Sang bapak yang tengah
melarikan diri menuju pantai, tiba-tiba saja tanah yang diinjaknya ikut amblas
dan menyeret dirinya jauh ke dalam cekungan yang kemudian membentuk sebuah
danau kecil bernama Danau Tolire Kecil.
Sementara anak perempuanya tiba di
Desa Ngade dan tinggal bersama seorang petani bernama Laguna. Ia juga mengalami
nasih naas karena tidak lama kemudian mereka ikut tenggelam bersama ladang dan
rumahnya yang kemudian berubah menjadi sebuah danau. Masyarakat memberinya nama
Danau Laguna.
Posting Komentar untuk "AWAL MULA DANAU TOLIRE (Cerita Dari Maluku)"